jaga bumi kita agar tetap lestari "GO GREEN!" selamat membaca

Saturday, 26 January 2013

KEBAKARAN HUTAN

Dampak yang ditimbulkan kebakaran hutan ternyata sangat kompleks. Kebakaran hutan tidak hanya berdampak terhadap ekologi dan mengakibatkan kerusakan lingkungan saja. Namun dampak dari kebakaran hutan ternyata mencakup bidang-bidang lain.
Menurut Rully Syumanda (2003), menyebutkan ada 4 aspek yang terindikasi sebagai dampak dari kebakaran hutan. Keempat dampak tersebut mencakup dampak terhadap kehidupan sosial, budaya, dan ekonomi, dampak terhadap ekologis dan kerusakan lingkungan, dampak terhadap hubungan antar negara, serta dampak terhadap perhubungan dan pariwisata.
Dampak Terhadap Sosial, Budaya, dan Ekonomi. Kebakaran hutan memberikan dampak yang signifikan terhadap kehidupan sosial, budaya, dan ekonomi yang diantaranya meliputi:
  1. Terganggunya aktivitas sehari-hari; Asap yang diakibatkan oleh kebakaran hutan secara otomatis mengganggu aktivitas manusia sehari-hari, apalagi bagi yang aktivitasnya dilakukan di luar ruangan.
  2. Menurunnya produktivitas; Terganggunya aktivitas manusia akibat kebakaran hutan dapat mempengaruhi produktivitas dan penghasilan.
  3. Hilangnya sejumlah mata pencaharian masyarakat di dan sekitar hutan; Selain itu, bagi masyarakat yang menggantungkan hidup dari mengolah hasil hutan, dengan terbakarnya hutan berarti hilang pula area kerja (mata pencarian).
  4. Meningkatnya hama; Kebakaran hutan akan memusnahkan sebagian spesies dan merusak kesimbangan alam sehingga spesies-spesies yang berpotensi menjadi hama tidak terkontrol. Selain itu, terbakarnya hutan akan membuat sebagian binatang kehilangan habitat yang kemudian memaksa mereka untuk keluar dari hutan dan menjadi hama seperti gajah, monyet, dan binatang lain.
  5. Terganggunya kesehatan; Kebakaran hutan berakibat pada pencemaran udara oleh debu, gas SOx, NOx, COx, dan lain-lain dapat menimbulkan dampak negatif terhadap kesehatan manusia, antara lain infeksi saluran pernafasan, sesak nafas, iritasi kulit, iritasi mata, dan lain-lain.
  6. Tersedotnya anggaran negara; Setiap tahunnya diperlukan biaya yang besar untuk menangani (menghentikan) kebakaran hutan. Pun untuk merehabilitasi hutan yang terbakar serta berbagai dampak lain semisal kesehatan masyarakat dan bencana alam yang diambilkan dari kas negara.
  7. Menurunnya devisa negara. Hutan telah menjadi salah satu sumber devisa negara baik dari kayu maupun produk-produk non kayu lainnya, termasuk pariwisata. Dengan terbakarnya hutan sumber devisa akan musnah. Selain itu, menurunnya produktivitas akibat kebakaran hutan pun pada akhirnya berpengaruh pada devisa negara.
Kebakaran Hutan
Dampak kebakaran hutan sangat komplek
Dampak Terhadap Ekologis dan Kerusakan Lingkungan. Kebakaran hutan memberikan dampak langsung terhadap ekologi dan lingkungan yang diantaranya adalah:
  1. Hilangnya sejumlah spesies; selain membakar aneka flora, kebakaran hutan juga mengancam kelangsungan hidup sejumlah binatang. Bebrabagai spesies endemik (tumbuhan maupun hewan) terancam punah akibat kebakaran hutan.
  2. Erosi; Hutan dengan tanamannya berfungsi sebagai penahan erosi. Ketika tanaman musnah akibat kebakaran hutan akan menyisakan lahan hutan yang mudah terkena erosi baik oleh air hujan bahkan angin sekalipun.
  3. Alih fungsi hutan; Kawasan hutan yang terbakar membutuhkan waktu yang lama untuk kembali menjadi hutan. Bahkan sering kali hutan mengalami perubahan peruntukan menjadi perkebunan atau padang ilalang.
  4. Penurunan kualitas air; Salah satu fungsi ekologis hutan adalah dalam daur hidrologis. Terbakarnya hutan memberikan dampak hilangnya kemampuan hutan menyerap dan menyimpan air hujan.
  5. Pemanasan global; Kebakaran hutan menghasilkan asap dan gas CO2 dan gas lainnya. Selain itu, dengan terbakarnya hutan akan menurunkan kemampuan hutan sebagai penyimpan karbon. Keduanya berpengaruh besar pada perubahan iklim dan pemansan global.
  6. Sendimentasi sungai; Debu dan sisa pembakaran yang terbawa erosi akan mengendap di sungai dan menimbulkan pendangkalan.
  7. Meningkatnya bencana alam; Terganggunya fungsi ekologi hutan akibat kebakaran hutan membuat intensitas bencana alam (banjir, tanah longsor, dan kekeringan) meningkat.
Dampak Terhadap Hubungan Antar Negara; Asap hasil kebakaran hutan menjadi masalah serius bukan hanya di daerah sekitar hutan saja. Asap terbawa angin hingga ke daerah lain bahkan mencapai berbagai negara tetangga seperti Singapura, Malaysia, dan Brunei Darussalam.
Dampak Terhadap Perhubungan dan Pariwisata; Kebakaran hutan pun berdampak pada pariwisata baik secara langsung ataupun tidak. Dampaknya seperti ditutupnya obyek wisata hutan dan berbagai sarana pendukungnya, terganggunya transportasi, terutama transportasi udara. Kesemunya berakibat pada penurunan tingkat wisatawan secara nasional.
Mengingat sedemikian kompleknya dampak yang diakibatkan oleh kebakaran hutan sudah selayaknya kita semua mewaspadai. Sekalipun tinggal jauh dari hutan, menumbuhkan kesadaran akan bahaya kebakaran hutan mungkin salah satunya.

HUTAN BAKAU

Hutan mangrove atau dikenal juga dengan sebutan hutan bakau berada di kawasan pinggiran pantai dan laut. Hutan mangrove memiliki banyak manfaat bagi makhluk hidup yang ada di sekitarnya. Indonesia memiliki potensi sumber daya mangrove yang sangat luas, bahkan terluas di dunia, yang bila dikelola dengan baik diharap akan memberi manfaat besar bagi kehidupan makhluk hidup di sekitarnya. Akan tetapi, saat ini kondisi hutan mangrove Indonesia mengalami kerusakan dan pengurangan luas secara cepat. Hutan mangrove merupakan istilah yang dipakai untuk menggambarkan suatu varietas komunitas pantai tropik yang didominasi oleh beberapa spesies pohon-pohon yang khas atau semak-semak yang mempunyai kemampuan untuk tumbuh dalam perairan asin. Hutan mangrove meliputi pohon-pohon dan semak yang tergolong ke dalam 8 famili dan terdiri atas 12 genera tumbuhan berbunga, yaitu Avicenia, Sonneratia, Rhizophora, Bruguiera, Ceriops, Xylocarpus, Lumnitzera, Aegiceras, Aegiatilis, Snaeda, dan Conocarpus .

Indonesia merupakan salah satu negara di dunia yang memiliki hutan mangrove dengan keanekaragaman jenis yang tinggi. Tercatat terdapat 202 jenis yang terdiri dari 89 jenis pohon, 5 jenis palem, 19 jenis liana dan 44 jenis epifit. Merujuk hasil identifikasi Dirjen Rehabilitasi Lahan dan Perhutanan Sosial tahun 1999, luas keseluruhan hutan bakau di Indonesia sekitar 8,6 juta hektar, terdiri atas 3,8 juta hektar di dalam kawasan hutan dan 4,8 hektar di luar kawasan hutan. Kerusakan hutan bakau di dalam kawasan hutan 1,7 hektar atau sekitar 44,73 persen dan kerusakan di luar kawasan hutan 4,2 juta hektar atau sekitar 87,50 persen.

Disadari atau tidak, disengaja atau tidak, sejak beberapa tahun belakangan hingga sekarang, perusakan ekosistem laut masih tetap berlangsung. Kerusakan secara umum hutan mangrove sudah mulai terusik dengan dampak pembangunan yang tidak berlandaskan wawasan lingkungan, sehingga kerusakan mangrove makin memprihatinkan.

Penebangan hutan bakau lebih banyak disebabkan oleh ketidaktahuan petani nelayan (petambak) yang berpikir bahwa kerindangan dedaunan bakau menghalangi masuknya sinar matahari dan mengurangi luas areal untuk lahan tambak. Ekspansi pembangunan dan pengoperasian tambak yang tidak terkontrol menempatkan sumber hayati hutan bakau yang tumbuh sepanjang 81 ribu kilometer perairan pantai Indonesia terancam kepunahan.

Penyebab makin terusik dan terancamnya keberadaan hutan bakau adalah akibat ekstensifikasi pertambakan di beberapa kawasan di Indonesia termasuk di Sumatera Utara, banyaknya hutan mangrove yang beralih fungsi menjadi pemukiman penduduk. Masih banyak masyarakat kita yang tinggal di sekitar kawasan hutan mangrove tidak menyadari bahwa fungsi dan manfaat hutan mangrove sangat penting bagi kehidupan mahluk hidup disekitarnya.

Secara fisik hutan mangrove menjaga garis pantai agar tetap stabil, melindungi pantai dan tebing sungai, mencegah terjadinya erosi laut serta sebagai perangkap zat-zat pencemar dan limbah, mempercepat perluasan lahan, melindungi daerah di belakang mangrove dari hempasan dan gelombang serta angin kencang, mencegah intrusi garam (salt intrution) ke arah darat; mengolah limbah organik, dan sebagainya.

Hutan mangrove mampu meredam energi arus gelombang laut, keberadaan hutan mangrove juga dapat memperkecil gelombang tsunami yang menyerang daerah pantai. Rumpun bakau (Rhizophora) memantulkan, meneruskan, dan menyerap energi gelombang tsunami yang diwujudkan dalam perubahan tinggi gelombang tsunami ketika menjalar melalui rumpun tersebut.

Vegetasi mangrove juga dapat menyerap dan mengurangi pencemaran (polutan). Jaringan anatomi tumbuhan mangrove mampu menyerap bahan polutan, misalnya seperti jenis Rhizophora mucronata dapat menyerap 300 ppm Mn, 20 ppm Zn, 15 ppm Cu, dan pada daun Avicennia marina terdapat akumulasi Pb ³ 15 ppm, Cd ³ 0,5 ppm, Ni ³ 2,4 ppm. Selain itu, hutan mangrove dapat mengendalikan intrusi air laut, yakni percepatan intrusi air laut di pantai Jakarta meningkat dari 1 km pada hutan mangrove selebar 0,75 km menjadi 4,24 km pada areal tidak berhutan.

Secara biologi hutan mangrove mempunyai fungsi sebagai daerah berkembang biak (nursery ground), tempat memijah (spawning ground), dan mencari makanan (feeding ground) untuk berbagai organisme yang bernilai ekonomis khususnya ikan dan udang. Habitat berbagai satwa liar antara lain, reptilia, mamalia, hurting dan lain-lain. Selain itu, hutan mangrove juga merupakan sumber plasma nutfah.

Mangrove sejak lama telah dimanfaatkan oleh masyarakat yang tinggal di sekitarnya. Tercatat sekitar 67 macam produk yang dapat dihasilkan oleh ekosistem hutan mangrove dan sebagian besar telah dimanfaatkan oleh masyarakat, misalnya untuk bahan bakar (kayu bakar, arang, alkohol), bahan bangunan (tiang-tiang, papan, pagar); alat-alat penangkapan ikan (tiang sero, bubu, pelampung, tanin untuk penyamak); tekstil dan kulit (rayon, bahan untuk pakaian, tanin untuk menyamak kulit), makanan, minuman dan obat-obatan (gula, alkohol, minyak sayur, cuka), peralatan rumah tangga (mebel, lem, minyak untuk menata rambut), pertanian (pupuk hijau), chips untuk pabrik kertas dan lain-lain.

Hutan mangrove juga berperan dalam pendidikan, penelitian dan pariwisata. Bahkan menurut FAO (1982), di kawasan Asia dan Pasifik, areal mangrove juga digunakan sebagai lahan cadangan untuk transmigrasi, industri minyak, pemukiman dan peternakan. Dari kawasan hutan mangrove dapat diperoleh tiga macam manfaat. Pertama, berupa hasil hutan, baik bahan pangan maupun bahan keperluan lainnya. Kedua, berupa pembukaan lahan mangrove untuk digunakan dalam kegiatan produksi baik pangan maupun non-pangan serta sarana/prasarana penunjang dan pemukiman. Manfaat ketiga berupa fungsi fisik dari ekosistem mangrove berupa perlindungan terhadap abrasi, pencegah terhadap rembesan air laut dan lain-lain fungsi fisik.

Ekosistem hutan mangrove memiliki produktivitas yang tinggi. Produktivitas primer ekosistem mangrove ini sekitar 400-500 gram karbon/m2/tahun adalah tujuh kali lebih produktif dari ekosistem perairan pantai lainnya. Kerusakan mangrove akan berdampak pada/penurunan volume dan keragaman jenis ikan yang ditangkap (56,32% jenis ikan menjadi langka sulit didapat, dan 35,36% jenis ikan menjadi hilang/tidak pernah lagi tertangkap).

Oleh karenanya, ekosistem mangrove mampu menopang keanekaragaman jenis yang tinggi. Daun mangrove yang berguguran diuraikan oleh fungi, bakteri dan protozoa menjadi komponen-komponen bahan organik yang lebih sederhana (detritus) yang menjadi sumber makanan bagi banyak biota perairan (udang, kepiting dan lain-lain.

Melihat kondisi hutan mangrove di beberapa kawasan di Indonesia makin memprihatinkan, pemerintah, LSM dan masyarakat harus bahu membahu untuk melestarikannya. Atau paling tidak mempertahankan hutan bakau yang masih ada dan bisa diselamatkan dari kemusnahan.

Upaya penyelamatan hutan bakau dari kerusakan yang semakin parah, LSM, pemerintah dan masyarakat perlu melakukan kampanye (sosialisasi) penyelamatan. Atau bisa juga dengan pengenalan dan menyamakan persepsi sekaligus untuk memperoleh masukan dalam rangka perbaikan konsep dan pelaksanaan program penyelamatan, maka sosialisasi harus terus dilakukan.

Upaya sosialisasi penyelamatan hutan mangrove juga perlu disampaikan ke sekolah-sekolah (generasi penerus) untuk penyadaran bahwa upaya penyelamatan hutan bakau hari ini bisa memberi manfaat ke anak cucu mereka di kemudian hari.

EFEK RUMAH KACA



efek rumah kacaPengertian efek rumah kaca, Istilah efek rumah kaca atau dalam bahasa inggris disebut dengan green house effect ini dulu berasal dari pengalaman para petani yang tinggal di daerah beriklim sedang yang memanfaatkan rumah kaca untuk menanam sayur mayur dan juga bunga bungaan. Mengapa para petani menanam sayuran di dalam rumah kaca ? Karena di dalam rumah kaca suhunya lebih tinggi dari pada di luar rumah kaca. Suhu di dalam rumah kaca bisa lebih tinggi dari pada di luar, karena Cahaya matahari yang menembus kaca akan dipantulkan kembali oleh benda benda di dalam ruangan rumah kaca sebagai gelombang panas yang berupa sinar infra merah, tapi gelombang panas tersebut terperangkap di dalam ruangan rumah kaca dan tidak bercampur dengan udara dingin di luar ruangan rumah kaca tersebut. itulah gambaran sederhana mengenai terjadinya efek rumah kaca atau disingkat dengan ERL.
kemudian dari pengalaman para petani di atas dikaitkan dengan apa yang terjadi pada bumi dan atmosfir. Lapisan atmosfir yang terdiri dari, berturut-turut : troposfir, stratosfir, mesosfir dan termosfer: Lapisan terbawah (troposfir) adalah bagian yang terpenting dalam kasus efek rumah kaca atau ERK. Sekitar 35% dari radiasi matahari tidak sampai ke permukaan bumi. Hampir seluruh radiasi yang bergelombang pendek (sinar alpha, beta dan ultraviolet) diserap oleh tiga lapisan teratas. Yang lainnya dihamburkan dan dipantulkan kembali ke ruang angkasa oleh molekul gas, awan dan partikel. Sisanya yang 65% masuk ke dalam troposfir. Di dalam troposfir ini, 14 % diserap oleh uap air, debu, dan gas-gas tertentu sehingga hanya sekitar 51% yang sampai ke permukaan bumi. Dari 51% ini, 37% merupakan radiasi langsung dan 14% radiasi difus yang telah mengalami penghamburan dalam lapisan troposfir oleh molekul gas dan partikel debu. Radiasi yang diterima bumi, sebagian diserap sebagian dipantulkan. Radiasi yang diserap dipancarkan kembali dalam bentuk sinar inframerah.
Sinar inframerah yang dipantulkan bumi kemudian diserap oleh molekul gas yang antara lain berupa uap air atau H20, CO2, metan (CH4), dan ozon (O3). Sinar panas inframerah ini terperangkap dalam lapisan troposfir dan oleh karenanya suhu udara di troposfir dan permukaan bumi menjadi naik. Terjadilah Efek Rumah Kaca. Gas yang menyerap sinar inframerah disebut Gas Rumah Kaca disingkat dengan GRK.
Seandainya tidak ada ERK, suhu rata-rata bumi akan sekitar minus 180 derajat C — terlalu dingin untuk kehidupan manusia. Dengan adanya ERK, suhu rata-rata bumi 330 derajat C lebih tinggi, yaitu 150 derajat C. jadi dengan adanya efek rumah kaca menjadikan suhu bumi layak untuk kehidupan manusia.
Namun, ketika pancaran kembali sinar inframerah terperangkap oleh CO2 dan gas lainnya, maka sinar inframerah akan kembali memantul ke bumi dan suhu bumi menjadi naik. Dibandingkan dengan pada tahun 50-an misalnya, saat ini suhu bumi telah naik sekitar 0,20 derajat C lebih.
Hal tersebut bisa terjadi karena berubahnya komposisi GRK (gas rumah kaca), yaitu meningkatnya konsentrasi GRK secara global akibat kegiatan manusia terutama yang berhubungan dengan pembakaran bahan bakar fosil (minyak, gas, dan batubara) seperti pada pembangkitan tenaga listrik, kendaraan bermotor, AC, komputer, memasak. Selain itu GRK juga dihasilkan dari pembakaran dan penggundulan hutan serta aktivitas pertanian dan peternakan, GRK yang dihasilkan dari kegiatan tersebut, seperti karbondioksida, metana, dan nitroksida. hal tersebut di atas juga merupakan salah satu penyebab pemanasan global yang terjadi saat ini.
Gambar di bawah ini merupakan contoh dari efek rumah kaca yang sudah berubah komposisi gas rumah kaca nya,
efek rumah kaca

POLUSI UDARA

Saat ini dampak polusi udara semakin hari terasa semakin parah saja. Saat di siang hari suhu udara di muka bumi seakan semakin panas dari hari kehari. Atmosfer yang terkontaminasi diluar batas toleransi,  menyebabkan berbagai dampak polusi udara khususnya masalah kesehatan pernafasan pada manusia.

Sebagian besar penyebab pencemaran udara adalah karena asap kendaraan dan juga asap pabrik. Semakin hari jumlah kendaraan semakin banyak dan tidak dibarengi dengan penanaman pohon. Selain itu pertumbuhan jumlah penduduk yang cukup pesat seolah semakin memperparah keadaan.

Dampak Polusi Udara Terhadap Kesehatan

dampak polusi udara - go green
Sumber Gambar : Google
Polutan memiliki efek buruk bagi masalah kesehatan, terutama kesehatan pernafasan. Selain itu dengan semakin banyaknya debu yang berterbangan di udara dapat menyebabkan iritasi pada mata. Dan dalam jangka panjang dapat menyebabkan pernyakit jantung karena banyaknya kadar karbon monoksida di atmosfer.

Selain itu, dampak polusi udara juga mempengaruhi kondisi lingkungan dan ekosistem di bumi. Semakin memanasanya permukaan bumi membuat lapisan ozon semakin menipis bahkan berlubang. Hal ini akan menyebabkan pemanasan global, dan efek yang paling bisa kita rasakan adalah perubahan cuaca yang tidak bisa ditebak. Contohnya saat matahari sedah terik, tiba-tiba bisa turun hujan.

Mengatasi Masalah Polusi Udara

Inti dari masalah ini sebenarnya adalah karena kita kurang perhatian terhadap alam. Di bumi ini, kita dan alam hidup berdampingan dan saling membutuhkan satu sama lain. Janganlah kita memanfaatkan kekayaan alam Indonesia ini dengan semaunya kita tanpa memperdulikan lingkungan di masa depan.
Mari kita sukseskan gerakan hijau Indonesiaku dengan cara menana pohon di sekitar lingkungan kita agar nantinya dampak polusi udara semakin berkurang dan bumi kita ini tetap nyaman ditinggali hingga anak cucu kita nanti. 

PENCEMARAN TANAH

Pencemaran tanah adalah masuknya polutan (bahan pencemar) berupa bahan cair atau padat ke suatu areal tanah, sehingga terjadi penurunan kualitas tanah.

Apa Sajakah Sumber Pencemaran Tanah??

1. Limbah domestik

Limbah domestik dapat berupa limbah padat dan limbah cair. Limbah padat anorganik tidak dapat diuraikan oleh mikroorganisme, misalnya kantong plastik, kaleng minuman ringan, botol air mineral. Limbah cair misalnya minyak, oli, deterjen. Jika meresap ke dalam tanah dapat membunuh mikroorganisme pengurai dalam tanah.

2. Limbah pertanian

Penggunaan pupuk kimia berlebihan dapat menyebabkan tanah menjadi keras dan kehilangan zat hara.

3. Limbah industri

Limbah industri berupa limbah padat yang berupa padatan atau lumpur hasil pengolahan dari industri kertas, pulp,dll. Selain limbah padat dihasilkan juga limbah cair yang merupakan hasil pengolahan suatu proses produksi, misalnya industri pelapisan logam dan industri kimia lainnya.

Tahukah Kamu???

gundukan-sampah
gundukan sampah (www.e-dukasi.net)

Gundukan sampah yang berasal dari limbah domestik dapat mengganggu/ mencemari karena: lindi (air sampah), bau dan estetika. Gundukan sampah juga menutupi permukaan tanah sehingga tanah tidak bisa dimanfaatkan. Selain itu, gundukan sampah dapat menghasilkan gas nitrogen dan asam sulfida, adanya zat mercury, chrom dan arsen pada timbunan sampah dapat menimbulkan gangguan terhadap bio tanah, tumbuhan, merusak struktur permukaan dan tekstur tanah. Limbah lain seperti oksida logam, baik yang terlarut maupun tidak pada permukaan tanah menjadi racun.

pemisahan sampah(www.e-dukasi.net)
pemisahan sampah(www.e-dukasi.net)

Sampah domestik yang berjumlah sangat banyak memerlukan penanganan khusus agar tidak mencemari tanah. Pertama sampah tersebut kita pisahkan ke dalam sampah organik yang dapat diuraikan oleh mikroorganisme (biodegradable) dan sampah yang tidak dapat diuraikan oleh mikroorganisme (nonbiodegradable). Oleh karena itu, sangatlah bijaksana jika setiap rumah tangga dapat memisahkan sampah atau limbah atas dua bagian yakni organik dan anorganik dalam dua wadah yang berbeda sebelum diangkut ketempat pembuangan akhir.

Tahukah Kamu???

limbah pabrik
limbah pabrik
Limbah padat hasil buangan industri berupa padatan, lumpur, bubur yang berasal dari proses pengolahan. Penimbunan limbah padat mengakibatkan pembusukan yang menimbulkan bau di sekitarnya karena adanya reaksi kimia yang menghasilkan gas tertentu.

Dengan tertimbunnya limbah ini dalam jangka waktu lama, permukaan tanah menjadi rusak dan air yang meresap ke dalam tanah terkontaminasi dengan bakteri tertentu yang mengakibatkan turunnya kualitas air tanah pada musim kemarau. Selain itu timbunan akan mengering dan mengundang bahaya kebakaran.

mesin-pengolah-limbah
mesin-pengolah-limbah (www.e-dukasi.net)

Untuk mengatasi permasalahan di atas, pihak industri harus mengolah limbah industri dalam pengolahan limbah, sebelum dibuang ke sungai atau ke laut.

Tahukah kamu??

pestisida

Penggunaan pestisida bukan saja mematikan hama tanaman tetapi juga mikroorganisme yang berguna di dalam tanah. Padahal kesuburan tanah tergantung pada jumlah organisme di dalamnya. Selain itu penggunaan pestisida yang terus menerus akan mengakibatkan hama tanaman kebal terhadap pestisida tersebut. Terlebih lagi akumulasi pestisida akan berdampak pada kesehatan manusia.

Let’s think (4)!

Petani di daerahmu resah karena sawah yang mereka garap mulai diserang hama walang sangit. Ada beberapa alternatif yang dapat dilakukan untuk memabsmi hama walang sangit, diantaranya:

1. Melepaskan predator alami beruba laba – laba dan menanam jamur yang dapat menginfeksi walang sangit

2. Melakukan pengendalian kimia, yaitu dengan menggunakan insektisida

3. Menangkap walang sangit pada pagi hari dengan menggunakan jala penangkap.

SAMPAH ORGANIK DAN ANORGANIK

Sampah adalah semua material yang dibuang dari kegiatan rumah tangga, perdagangan, industri dan kegiatan pertanian. Atau dengan kata lain sampah adalah bagian dari sesuatu yang tidak dipakai, tidak disenangi atau sesuatu yang harus dibuang, yang umumnya berasal dari kegiatan yang dilakukan manusia (termasuk kegiatan industri), tetapi bukan yang biologis. Berdasarkan komposisinya, sampah dibedakan menjadi dua, yaitu:
Sampah organik
Pengertian sampah organik
Sampah Organik, yaitu sampah yang mudah membusuk seperti sisa makanan, sayuran, daun-daun kering, dan sebagainya. Sampah ini dapat diolah lebih lanjut menjadi kompos;
Jenis-jenis sampah organik
Sampah organik berasal dari makhluk hidup, baik manusia, hewan, maupun tumbuhan.
Sampah organik sendiri dibagi menjadi : 
Sampah organik basah.
Istilah sampah organik basah dimaksudkan sampah mempunyai kandungan air yang cukup tinggi. Contohnya kulit buah dan sisa sayuran.
Sampah organik kering.
Sementara bahan yang termasuk sampah organik kering adalah bahan organik lain yang kandungan airnya kecil. Contoh sampah organik kering di antaranya kertas, kayu atau ranting pohon, dan dedaunan kering.
Dampak sampah organik 
Dampak terhadap Kesehatan
Potensi bahaya kesehatan yang dapat ditimbulkan adalah sebagai berikut:
Penyakit diare, kolera, tifus menyebar dengan cepat karena virus yang berasal dari sampah dengan  pengelolaan tidak tepat dapat bercampur air minum. Penyakit demam berdarah (haemorhagic fever) dapat juga meningkat dengan cepat di daerah yang pengelolaan sampahnya kurang memadai.
Penyakit jamur dapat juga menyebar (misalnya jamur kulit).
Penyakit yang dapat menyebar melalui rantai makanan. Salah satu contohnya adalah suatu penyakit yang dijangkitkan oleh cacing pita (taenia). Cacing ini sebelumnya masuk ke dalam pencernakan binatang ternak melalui makanannya yang berupa sisa makanan/sampah.
Sampah beracun: Telah dilaporkan bahwa di Jepang kira-kira 40.000 orang meninggal akibat mengkonsumsi ikan yang telah terkontaminasi oleh raksa (Hg). Raksa ini berasal dari sampah yang dibuang ke laut oleh pabrik yang memproduksi baterai dan akumulator.
Dampak terhadap Lingkungan
Cairan rembesan sampah yang masuk ke dalam drainase atau sungai akan mencemari air. Berbagai organisme termasuk ikan dapat mati sehingga beberapa spesies akan lenyap, hal ini mengakibatkan berubahnya ekosistem perairan biologis.
Penguraian sampah yang dibuang ke dalam air akan menghasilkan asam organik dan gas-cair organik, seperti metana. Selain berbau kurang sedap, gas ini dalam konsentrasi tinggi dapat meledak.
Prinsip Pengolahan Sampah Organik
Berikut adalah prinsip-prinsip yang bisa diterapkan dalam pengolahan sampah.Prinsip-prinsip ini dikenal dengan nama 4R, yaitu:
Mengurangi 
Sebisa mungkin meminimalisasi barang atau material yang kita pergunakan. Semakin banyak kita menggunakan material, semakin banyak sampah yang dihasilkan.
Menggunakan kembali 
Sebisa mungkin pilihlah barang-barang yang bisa dipakai kembali. Hindari pemakaian barang-barang yang sekali pakai, buang 
Mendaur ulang 
Sebisa mungkin, barang-barang yang sudah tidak berguna didaur ulang lagi. Tidak semua barang bisa didaur ulang, tetapi saat ini sudah banyak industri tidak resmi dan industri rumah tangga yang memanfaatkan sampah menjadi barang lain.
Mengganti 
Teliti barang yang kita pakai sehari-hari. Gantilah barang-barang yang hanya bisa dipakai sekali dengan barang yang lebih tahan lama.
Sampah Anorganik 
Pengertian Sampah Anorganik
Sampah Anorganik, yaitu sampah yang tidak mudah membusuk, seperti plastik wadah pembungkus makanan, kertas, plastik mainan, botol dan gelas minuman, kaleng, kayu, dan sebagainya. Sampah ini dapat dijadikan sampah komersil atau sampah yang laku dijual untuk dijadikan produk lainnya.  Beberapa sampah anorganik yang dapat dijual adalah botol, plastik wadah pembungkus makanan dan gelas bekas minuman, kaleng, kaca, dan kertas, baik kertas koran, HVS, maupun karton.
Jenis-jenis Sampah Anorganik
Contoh sampah dari sampah anorganik adalah: potongan-potongan / pelat-pelat dari logam, berbagai jenis batu-batuan, pecahan-pecahan gelas, tulang-belulang, kaleng bekas, botol bekas, bahkan kertas, dan lain-lain.
Sampah jenis ini, melihat fisiknya keras maka baik untuk peninggian tanah rendah atau dapat pula untuk memperluas jalan setapak. Tetapi bila rajin mengusahakannya sampah dari logam dapat kembali dilebur untuk dijadikan barang yang berguna, batu-batuan untuk mengurug tanah yang rendah atau memperkeras jalan setapak, pecahan gelas dapat dilebur kembali dan dijadikan barang-barang berguna, dan tulang-belulang bila dihaluskan (dan diproses) dapat unutk pupuk dan lain-lain.
Dampak Sampah Anorganik
Gangguan Kesehatan
Timbunan sampah dapat menjadi tempat pembiakan lalat yang dapat mendorong enularan infeksi;
Timbulan sampah dapat menimbulkan penyakit yang terkait dengan tikus;
Menurunnya kualitas lingkungan
Menurunnya estetika lingkungan
Timbulan sampah yang bau, kotor dan berserakan akan menjadikan lingkungan tidak indah untuk dipandang mata;
Terhambatnya pembangunan negara
Dengan menurunnya kualitas dan estetika lingkungan, mengakibatkan pengunjung atau wisatawan enggan untuk mengunjungi daerah wisata tersebut karena merasa tidak nyaman, dan daerah wisata tersebut menjadi tidak menarik untuk dikunjungi. Akibatnya jumlah kunjungan wisatawan menurun, yang berarti devisa negara juga menurun.
Yang menyebabkan sampah di TPS atau TPA menumpuk adalah tercampurnya sampah organik dan anorganik. Para pemulung maupun orang yang biasa memanfaatkan sampah tersebut tidak dapat menggunakan sampah yang sudah tercampur antara sampah organic dan anorganik. Kalau pun pemisahan ini dapat dilakukan, biayanya sangat mahal dan memerlukan waktu yang lama. Oleh karena itu konsep pemisahan sampah harus diubah yaitu perlunya pemisahan smpah sejak dari sumbernya.
Jika sampah organic dan anorganik sudah dipisahkan dari sumbernya, yaitu dari rumah tangga hunian, kawasan wisata, kawasan niaga, kawasan jalan raya, kawasan wisata atau tempat-tempat umum lainnya, maka ketika sampah tersebut sudah sampai di TPA, sampah sudah terpisah. Hal ini memudahkan dalam pemanfaatannya. Bahkan tidak perlu menunggu sampai ke TPA, di TPS pun para pemulung maupun para pembuat kompos sudah dapat memanfaatkannya.

PEMBUANGAN LIMBAH KE SUNGAI

Greenpeace menandai saluran limbah pembuangan industri tak bertuan di aliran sungai Cihaur anak Sungai Citarum di Desa Cipeudeuy, Kecamatan Padalarang, Kabupaten Bandung Barat, Jawa Barat dengan sebuah plang bertuliskan "Perhatian. Limbah Berbahaya Keluar Dari Sini!!!", Selasa, 11 Desember 2012.

Dari lokasi saluran limbah yang berdekatan dengan sawah tersebut, aktivis
Greenpeace menemukan bahan kimia logam berat berbahaya Kromium Heksavalen (Cr6+) dan Merkuri (Hg) yang bisa menyebabkan kanker. Serta senyawa kimia organik lainnya seperti Alkylphenol (BHT), Diethyl Phthalate (DEP), dan Dibutyl Phthalate (DBP) yang bisa menganggu kerja endokrin serta menganggu sistem reproduksi.

"Bahan kimia logam berat itu sifatnya tidak bisa diurai. Jika terus dilepas
ke lingkungan akan terakumulasi di jaringan makhluk hidup melalui rantai
makanan dan dapat menganggu kesehatan," kata Ahmad Ashov Birry, Juru Kampanye Air Bebas Racun Greenpeace Indonesia pada Tempo.

Menurut Ashov, adanya senyawa kimia di suatu lingkungan juga berdampak pada penurunan produktivitas pertanian masyarakat mencapai 1 - 1,5 ton per hektare per musim panen.

Sebelumnya, para aktivis telah menandai temuan saluran air limbah beracun pabrik tekstil di pinggiran Sungai Citarum, Desa Sukamaju, Kecamatan Majalaya, Kabupaten Bandung, Jawa Barat, Rabu, 5 Desember 2012.

Ashov mengatakan, penandaan yang dilakukan aktivis Greenpeace merupakan rangkaian penelitian dan pengambilan sampling air sejak bulan Juni - Oktober 2012 di sepuluh area industri yang tersebar dari hulu-hilir Sungai Citarum. Lokasi tersebut diantaranya, Majalaya, Rancaekek, Dayeuhkolot, Leuwigajah, Batujajar, Padalarang, Purwakarta, Karawang, dan Bekasi.

Sampel  diuji ke Laboratorium Institute of Ecology Universitas Padjajaran Bandung dan Laboratorium Afiliasi Kimia Universitas Indonesia. "Dari sampel air di sepuluh titik, semuanya terindikasi bahan kimia berbahaya
yang berasal dari industri tekstil," katanya.

Greenpeace, kata Ashov, menghimbau pemerintah dan industri untuk segera berkomitmen menghentikan pembuangan limbah berbahaya ke Sungai Citarum.

Kepala Bidang Pengendalian dan Pencemaran Lingkungan Badan Pengelolaan Lingkungan Hidup Daerah (BPLHD) Jawa Barat, Suharsono, mengatakan kondisi Citarum sejak tahun 1999 hingga sekarang memang semakin tercemar.  "Tekanan idustri dan penduduk mengakibatkan limbah industri dan domestik dari warga kian meningkat dan mencemari Citarum," kata Suharsono